Rabu, 15 April 2015

Geliat Industri Pesawat Terbang RI Mulai Didukung Pemerintah dan Menunjukkan Kemajuan Industri Pesawat Terbang RI

       Industri Pesawat Terbang RI beruntung, setelah dimulainya pengembangan N219 buatan PT. DI dan R80 milik PT. Regio Aviasi Indonesia (RAI). Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia telah memberikan pernyataan bahwa negara akan mendukung penuh perkembangan riset dirgantara dalam negeri, khususnya proyek N219 dan R80. Berikut pernyataan beliau dikutip dari laman http://infopenerbangan.com

Jokowi Siap Kembalikan Kejayaan kedirgantaraan Indonesia

       Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji membangkitkan kembali kejayaan industri penerbangan atau kedirgantaraan Indonesia dengan memberikan dukungan dan insentif kepada industri tersebut.
       “Yang jelas dana-dana riset akan diperbesar sehingga dalam jangka panjang bisa diwujudkan sebuah produk yang secara ekonomi bisa digunakan oleh masyarakat,” kata Presiden Jokowi di kawasan Puspiptek Tangerang Selatan, Banten.
       Seperti yang dilansir dari laman antara news, ia mencontohkan, terkait besaran dana yang dibutuhkan untuk riset, Pemerintah akan dan bisa bertanya dan berkonsultasi langsung dengan pakar atau ahli, termasuk Prof B.J Habibie yang juga mantan Presiden RI.
       Selain memperbesar dana riset, Pemerintah juga berjanji untuk membeli produk-produk buatan anak negeri, kata Presiden.
“Risetnya iya, N245, N219, dan R80 itu menjadi kewajiban negara. Awal-awal Pemerintah yang akan membeli produknya dulu. Kenapa tidak,” katanya.
       Jokowi mengatakan ke depan perlu lebih banyak riset di bidang kedirgantaraan Indonesia menjadi sebuah proyek nasional sehingga arahnya menjadi lebih jelas.
“Karena di pulau-pulau kecil tidak mungkin kita pakai pesawat yang gede-gede, sehingga ada konektivitas dan nyambung,” katanya.
       Saat ini industri penerbangan Indonesia sudah mulai menggeliat dengan mulai diproduksinya pesawat-pesawat baru yakni N219 dan R80 yang bahkan telah dipesan oleh sejumlah maskapai komersial di Tanah Air. (Ant/Eky)

       Prospek proyek PT.DI dengan N219 nya pun makin cerah setelah 3 maskapai yaitu PT. NBA, PT. Aviastar Mandiri, dan PT. Trigana Air Service memastikan pembelian N219 dengan menandatangani MoU. Berikut berita yang saya kutip dari http://www.runway-aviation.com

N219

Tiga Maskapai Lakukan Order, PT DI Akan Produksi 75 Unit N219


       Tangerang - PT Dirgantara Indonesia akan membuat 75 unit pesawat N219 setelah tiga maskapai domestik melakukan pemesanan pesawat bermesin turboprop tersebut. Tiga maskapai tersebut adalah PT Nusantara Buana Air (NBA), PT Aviastar Mandiri, and PT Trigana Air Service. Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT DI dan pihak tiga maskapai tersebut pada hari Senin kemarin (13/04).
"MoU antara PT DI dan tiga maskapai lokal menunjukkan kepercayaan konsumen akan N219 dan juga akan produk-produk nasional lainnya," ujar Direktur PT DI, Budi Santoso.
       PT NBA akan membeli 20 unit dengan 10 unit lainnya sebagai opsi, sedangkan PT Aviastar Mandiri akan memesan 20 unit dengan 10 unit opsi. Sedangkan PT Trigana Air Service memesan 10 unit N219 dengan 5 unit lainnya sebagai opsi.
       Pesawat N219 merupakan pesawat dengan kapasitas 19 orang dan dilengkapi dengan perangkat avionika terbaru namun dengan harga yang kompetitif. Pesawat tersebut dapat lepas landas dari landasan pacu sepanjang 500-600 meter saja. N219 memiliki kapasitas angkut 500 kg lebih besar daripada Twin Otter, dilengkapi teknologi glass cockpit dan synthetic vision karena kita ingin pilot mendapat informasi disekelilingnya untuk mendukung keamanan terbang di remote areas (wilayah perintis).

Pada tahun 2014, PTDI menerima pesanan 100 pesawat N219 namun masih berupa MoU mengingat N219 masih dalam tahap desain


n219-cutaway

PTDI Terima Pesanan 100 Pesanan N219

Sabtu, 8 March 2014, 8:19

       Bandung – PTDI, atau PT.Dirgantara Indonesia, saat ini telah mengantongi pesanan sejumlah 100 pesawat terbaru N-219 yang rencananya akan mulai diproduksi pada tahun 2015 mendatang. Pesawat ini yang dirancang untuk bermain di segmen penerbangan perintis ditargetkan akan mulai melakukan penerbangan perdana di akhir tahun tersebut.
“N219 baru mau kerjakan, didesain tahun ini, dan dirakit tahun depan. Targetnya akhir tahun 2015 sudah bisa terbang,” ujar Dirut PTDI Budi Santoso di Bandung, Jawa Barat, hari Jumat (07/03) seperti dilansir Antara.
       Walau demikian Budi mengakui bahwa pesanan 100 pesawat tersebut baru sebatas MoU atau nota kesepahaman, belum berupa pesanan konkret. Hal ini dikarenakan pesawat N-219 yang akan diproduksi oleh PTDI tersebut masih belum jadi dan masih dalam pengembangan.
“Biasanya  MoU dulu, kalau sudah terbang baru bikin kontrak,” jelasnya.
       Ia juga mengatakan sebagian besar pesanan berasal dari maskapai di dalam negeri dan pemerintah daerah. Budi menjelaskan, pesawat N219 mampu mengangkut penumpang sebanyak 19 orang, dan memiliki potensi yang besar di Indonesia. Ia memperkirakan kebutuhannya bisa mencapai 100–150 unit pesawat kecil.
“Target kami minimum 100 pesawat, terutama untuk domestik dulu, baru kemudian ekspor ke negara tetangga,” kata Budi.
       VP Marketing PTDI Arie Wibowo, menjelaskan sampai saat ini pihaknya telah menandatangani 120 MoU yang terdiri dari 50 unit sudah pasti pesan dan 50 unit lagi yang masih berupaa potensi beli, serta 20 unit pesanan Merpati Nusantara.
”Pesawat N219 ini sangat bersaing harganya dengan pesawat sejenis Twin Otter dan Cessna Caravan,” ujarnya.
       Lebih lanjut Arie mengatakan, harga N219 hanya sekitar US$  4-5 juta, sementara pesawat sejenis seperti Twin Otter dan Cessna Caravan bisa mencapai US$ 6-7 juta per unit.

       Menristek RI pun mengatakan bahwa N219 akan mulai menampakkan diri pada akhir tahun ini (2015), dilansir runway-aviation.com

n219-cutaway

Menristek: N219 Mulai beroperasi Di Akhir 2015

Sabtu, 27 December 2014, 8:45

       Pemerintah mematok target pesawat bermesin ganda seharga US$5 juta, N219, akan mulai beroperasi di dalam negeri di akhir 2015. Sedangkan proses riset masih berlangsung hingga pertengahan 2015, seperti diutarakan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan, Muhammad Nasir pada hari Jumat silam (26/12). Saat ini, N219 masih dikerjakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
“Pertengahan 2015 masih riset dan akhir 2015 kami harapkan sudah terbang,” ujarnya.
Pesawat N219 dengan tinggi kabin 170cm dan mampu membawa muatan seberat 2.3 ton ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi udara di kota-kota dan kepulauan kecil dengan landasan pacu pendek hingga 500m dan dengan durasi penerbangan sekitar 2 jam.
“Untuk Indonesia timur, perlu penerbangan jangka pendek. Dengan kapasitas 19 orang, bisa menjangkau kota ataupun pulau kecil, dan tidak memerlukan landasan yang panjang,” ujarnya.
       Nasir mengatakan N219 banyak menggunakan komponen lokal hingga 60 persen. N219 disebut sebagai pesawat dengan desain struktur yang dibangun berdasarkan rancangan CN235 dan N250 sehingga memiliki resiko kegagalan yang kecil.  Setelah mendapat sertifikasi, rata-rata produksi N219 direncanakan berjumlah 4 unit per tahun yang direncanakan mulai diproduksi tahun 2016 atau 2017.
       Pemerintah mengucurkan dana sebanyal US$400 miliar untuk program N219 ini. Hal ini dilakukan pemerintah mengingat biayanya cukup besar jika ditanggung oleh badan usaha. N219 akan bersaing dengan pesawat sekelas DHC-6 Twin Otter buatan Kanada dan Dornier-228 buatan Jerman, serta Harbin Y12 buatan Tiongkok.

       Kabar gembira juga menghampiri PT. RAI, produk hasil riset dan pengembangan mereka yaitu R80 (pengembangan dan penyempurnaan N250) mendapat angin segar dari Presiden Jokowi. Jokowi berjanji bahwa R80 akan di masukkan sebagai program nasional, seperti yang dilansir oleh http://www.runway-aviation.com . Selain itu, PT. RAI menurut keterangan CEOnya telah dipesan sebanyak 145 pesawat dari 3 maskapai berbeda yaitu NAM Air, Trigana dan Kalstar. Berikut kabar selengkapnya :




R80

Presiden Jokowi Masukkan R80 Sebagai Program Nasional

Senin, 13 April 2015, 18:15

       Serpong - Presiden Joko Widodo berjanji memasukkan program pembuatan pesawat R80 yang diprakarsai Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie, ke dalam proyek nasional. Janji Presiden Joko Widodo ini menyusul keinginan PT Regio Aviasi Industri untuk mencari investor dalam negeri untuk membiayai produksi tahap pertama R80 sebanyak 400 unit yang memakan biaya sekitar Rp 90 triliun.
“Nanti kami masukkan dalam program nasional,” kata Jokowi di Graha Widya Bakti Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin kemarin (13/04).
       PT Regio Aviasi Indonesia (PT RAI) juga menyatakan jika tidak menemukan investor dalam negeri termasuk dari pihak perbankan Indonesia, pihaknya akan menyerahkan pada konsorsium asing.
“Yang kami butuhkan adalah dukungan pemerintah untuk financing bagian Indonesia. Bagian swasta dan luar negeri, mereka akan ikut kalau dari pemerintah ikut menyumbang dalam arti mengatakan ‘silakan’ karena industri pesawat terbang seperti Boeing dan Airbus dapat bantuan yang sama,” ujar  BJ Habibie kepada Presiden Joko Widodo saat menunjukkan miniatur R80.
       Pesawat R80 memiliki kapasitas 80 hingga 90 penumpang yang dimaksudkan untuk melayani rute regional jarak pendek hingga menengah. BJ Habibie juga menyatakan pesawat turboprop bermesin ganda ini memiliki efisiensi bahan bakar dan biaya perawatan yang rendah.
       Direktur Utama PT.RAI, Agung Nugroho mengatakan, pengembangan pesawat R-80 ini dilakukan untukmemperkuat konektivitas antar pulau di Indonesia, sekaligus meningkatkan sistem logistik nasional. Menurutnya, saat ini sudah tiga maskapai penerbangan Indonesia menyatakan minatnya untuk membeli pesawat berkapasitas 80 orang ini, yaitu NAM Air, Trigana dan Kalstar dengan total pesanan mencapai 145 pesawat.
       Selain itu, R80 juga mendapat kabar menggembirakan dari Lion Air yang siap membeli produk mereka setelah R80 selesai menjalani proses sertifikasi. Berikut ini pernyataan Lion Air yang dilansir oleh   :


R80

Lion Air Siap Beli R80 Buatan Habibie

Sabtu, 13 September 2014, 6:00

       Jakarta – PT Lion Mentari Airlines menyatakan siap membeli pesawat Regional 80 (R80), pesawat pengembangan N-250 yang direncanakan melakukan maiden flight (terbang perdana) pada tahun 2018. Pembelian tersebut akan dilakukan setelah sertifikasi kelayakan beroperasi R80 keluar.
“Kalau sudah teruji kelayakannya dan segala macam, tentulah kita sebagai pengusaha Indonesia akan memprioritaskan pemesanan ke perusahaan nasional, karena memang pasti lebih murah,” ujar CEO PT Lion Air Mentari Airlines, Rusdi Kirana, pada hari Jumat kemarin (12/09). Rusdi Kirana tertarik untuk membeli pesawat buatan anak bangsa itu karena kebanggaannya, selain dari murah dan ketersediaan komponen di dalam negeri.
“Kita sebelumnya juga telah menjalin kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia, dan memesan pesawatnya seperti jenis N-219 sebanyak 50 hingga 100 pesawat,” ia menimpali.
       Pesawat jet bermesin ganda hasil pengembangan lebih lanjut dari pesawat turboprop bermesin ganda buatan putra-putri Indonesia, N-250, tersebut merupakan rancangan mantan Presiden RI Baharudin Jusuf Habibie yang kini mendirikan PT Regio Aviasi Indonesia (RAI).
“Insya Allah first flight pesawat itu di Majalengka (Bandara Kertajati),” ujarnya, Rabu silam, (10/09).
       Pesawat R80 berkapasitas 80-90 penumpang tersebut ditujukan bagi pasar penerbangan komuter sebagai penghubung antardaerah di Indonesia. Persiapan penerbangan perdana pesawat R80 itu akan dilakukan di Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati.
“Kita akan arahkan semua persiapannya di Majalengka,” kata Habibie.
       Komisaris PT RAI Ilham Akbar Habibie mengatakan saat ini pengembangan R80 sudah memasuki fase akhir pengembangan. Pesawat itu rencananya akan diproduksi bersama PT Dirgantara Indonesia.
       R80 diperkirakan akan berada dalam segmen yang sama dengan keluarga regional jet Embraer EMB dari Brasil, keluarga Bombardier CRJ dan CSeries, serta ARJ21 Xiang Feng dari Tiongkok.
       Habibie pun angkat bicara mengenai pesawat rancangan perusahaannya yaitu R80. Berikut pernyataan beliau yang dilansir laman runway-aviation.com




N250

Habibie : Pesawat R80 Akan Lebih Hebat Dari N-250

Kamis, 29 August 2013, 17:22
       Jakarta – Mantan Presiden B.J Habibie yang juga pelopor teknologi dirgantara Indonesia yang sedang mengembangkan pesawat Regio Prop (R80) mengatakan bahwa pesawat yang tersebut akan jauh lebih baik daripada pesawat yang pernah dirancangnya dulu, N-250. Menurut Habibie, pengembangan pesawat R80 ini akan memanfaatkan pengalaman saat merancang N-250 dan akan disesuaikan dengan teknologi terkini.
“Kita akan buat lebih hebat. It`s a surprise, you`ll see it,” ujar B.J Habibie, Rabu (28/08) di Jakarta.
       Habibie menyampaikan bahwa pesawat R80 ini akan memiliki kapasitas 80 kursi dan ditargetkan akan memulai penerbangan pada tahun 2018 mendatang. Pengembangan pesawat ini akan dilakukan oleh PT.Ragio Aviasi Industri (RAI) milik keluarga Habibie.
       Sementara itu Komisaris PT.RAI, Ilham Habibie mengatakan bahwa pengembangan pesawat ini masih dalam tahap perancanga. Menurut Ilham, desain dan kemampuan pesawat R80 akan menyerupai N-250, hanya secara ukuran akan lebih besar dan panjang dari pesawat pendahulunya tersebut. Ilham juga menjelaskan R80 akan memakai konsep high-wing dimana sayap dan mesin pesawat berada di atas badan pesawat atau fuselage. Pesawat dengan desain sayap diatas ini akan menguntungkan karena tidak memerlukan landasan pacu yang panjang serta irit bahan bakar.

       Bukannya tanpa masalah, masalah utama yaitu pendanaan juga menjadi pengganjal PT. RAI (dilansir runway-aviation.com)


R80
Photo by : Janes




PT RAI Butuh Dana Rp 9,1 Triliun Untuk Produksi R80

Kamis, 9 April 2015, 5:49
       Jakarta – Pengembangan program pesawat turboprop R80 oleh PT Regio Aviasi Industri membutuhkan dana sebesar US$ 700 juta, atau sekitar Rp 9,1 triliun. Target pembuatan 400 unit R80 juga mengalami kendala terkait pembiayaan dari pihak perbankan dalam negeri.
Agung Nugroho, Direktur Utama PT RAI, mengatakan hingga saat ini target produksi tahap pertama 400 unit pesawat tipe R80 terkendala sulitnya mendapatkan pembiayaan dari pihak perbankan Indonesia.
“Pendanaan yang dibutuhkan US$700 juta. Selama ini kami sudah sounding kepada perbankan Indonesia, tetapi sistem perbankan kita belum memungkinkan memberikan pendanaan pada tahap ini ,” ujar Agung Nugroho, Dirut PT RAI  pada hari Selasa silam (07/04).
       Agung Nugroho menyatakan, pihaknya saat ini sedang mencari investor dalam negeri, namun jika tidak juga ada pihak yang menginvestasikan pada program pengembangan pesawat regional bermesin ganda ini maka PT RAI akan melirik konsorsium asing.
       PT RAI tidak hanya akan memproduksi pesawat R80, melainkan juga membuat kompinen untuk pesawat R80. Pihaknya juga menargetkan meraih sertfikasi badan otoritas penerbangan Indonesia pada tahun 2020 dan entry service dilakukan setahun kemudian. Komisaris PT RAI, Ilham Habibie, menyatakan pada 2013 silam bahwa proses penerbangan pertama non layanan komersial (maiden flight) dijadwalkan dilakukan pada tahun 2018.
       Ilham Habibie juga menyatakan bahwa desain dan kemampuan pesawat R80 akan menyerupai N-250, hanya secara ukuran akan lebih besar dan panjang dari pesawat pendahulunya tersebut. Ilham juga menjelaskan R80 akan memakai konsep high-wing dimana sayap dan mesin pesawat berada di atas badan pesawat atau fuselage. Pesawat dengan desain sayap diatas ini akan menguntungkan karena tidak memerlukan landasan pacu yang panjang serta irit bahan bakar.

Dikutip dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar