Sabtu, 14 Maret 2015

Bahaya Kelelahan Pilot Terhadap Keselamatan Penerbangan

credit to  : dead-tired.eu
       Tidak ada satupun manusia yang kebal terhadap kelelahan. Dalam dunia penerbangan, khususnya bagi para penerbang, kelelahan dapat berujung fatal. Sebagian pihak kurang menaruh perhatian terhadap isu ini hingga kecelakaan terjadi, seperti ditulis G.J. Salazar, MD dari badan otoritas penerbangan Amerika Serikat, FAA, dalam jurnalnya berjudul Fatigue in Aviation.

       Kelelahan dapat menyebabkan gejala-gejala seperti mengantuk, sulit berkonsentrasi, sikap apatis, merasa terisolasi, lambat merespon, masalah daya ingat, gelisah dan sensitif serta rentan melakukan kesalahan dalam mengerjakan sesuatu. Cara terbaik mengatasi kelelahan adalah tidur yang cukup. Tidur yang cukup memberi waktu pada tubuh untuk pemulihan selepas lelah. Kurangnya tidur dapat menyebabkan masalah-masalah pada tidak hanya fisik namun psikologis secara signifikan.

       Namun demikian, para pilot seringkali dituntut untuk berjibaku dengan jam kerja mereka dan mendapat penugasan bahkan di waktu jam istirahat mereka karena kebutuhan akan tenaga pilot yang mendesak dalam suatu kondisi tertentu.

      Pilot yang mengalami kelelahan beresiko melakukan sejumlah ketidaktepatan dalam bertindak dan mengambil keputusan. Sejak Chicago Convention tahun 1944, telah diketahui bahwa kelelahan karena jam tugas yang panjang dan kurang tidur/istirahat, dapat mengancam keselamatan penerbangan. Oleh sebab itu cara yang paling efektif untuk menghindarinya adalah mengacu pada FTL, Flight Time Limitations.

       Kelelahan dapat mengurangi kemampuan fisik dan mental dan seseorang dapat kehilangan 80% dari kemampuan untuk berkonsentrasi, dan 70% kemampuan merespon. Faktor kelelahan diperkirakan menyumbang 15-20% dari keseluruhan kasus kecelakaan fatal yang berkaitan dengan kesalahan manusia. Bahkan para ilmuwan mensejajarkan kelelahan memiliki dampak yang serupa dengan pengaruh alkohol.

      Di Eropa, kelelahan pilot telah menjadi ancaman nyata. Survei yang dilakukan melalui para penerbang menunjukkan bahwa 71-90% pilot melakukan kesalahan disebabkan kelelahan. Sebanyak 50-54% mengatakan tertidur di dalam kokpit tanpa diketahui koleganya.

       Salah satu dari contoh kasus kelelahan pilot yang mengganggu operasional penerbangan  terjadi di bulan Mei 2012, saat itu sebuah pesawat Air Berlin meminta izin untuk melakukan pendaratan darurat di Munich, Jerman, karenea pilot merasakan kelelahan yang hebat.

     Menyikapi fenomena kelelahan pilot ini, Instititusi Pendidikan Teknik Dirgantara Perancis, Institut Superieur de l’Aerospace et de l’Espace, sedang melakukan penelitian tentang reaksi psikologis dan neurologis pilot terhadap stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali gejala-gejala  yang mengakibatkan potensi kesalahan agar dapat meraih pemahaman tentangnya dan mencegahnya.

      Penelitian yang dilakukan oleh Institusi pendidikan yang terletak di Toulouse tersebut didukung oleh AXA Research Fund.  Penelitian itu dilakukan agar dapat memahami pola-pola akifitas saraf yang terjadi ketika penerbang mengalami kebingungan, terbebani workload yang berlebih, dan berfokus pada hal yang tidak mendesak dan mengabaikan hal yang lebih penting.

      Perilaku tersebut dapat menyebabkan aktifitas yang tidak logis sehingga dapat berujung pada kecelakaan, di antaranya adalah kasus CIFT, control flight into terrain, atau pesawat yang terbang dalam kendali penuh pilot menabrak daratan, atau kehilangan kendali. Contoh kasus ini adalah kecelakaan AeroPeru pada tahun 1996 dan Air France 447 pada tahun 2009.

       Perangkat yang digunakan untuk memonitor reaksi pilot saat melakukan sesi latihan di flight simulator mencakup eye-tracking, memonitor pelebaran pupil, aktifitas otak melalui informasi dari electro-encephalogram dan sejumlah sensor infra merah. Dalam pengujian ini akan menghasilkan pemahaman yang memungkinkan manufaktur pesawat mengembangkan sistem peringatan baru untuk membuat perhatian pilot tertuju padanya dan tidak mengabaikannya di saat kapasitas kognitif seorang pilot sedang disibukkan oleh sesuatu. Sistem yang dimaksud mencakup aural warning  seperti peringatan konfigurasi take-off, peringatan kebakaran, dan sistem tekanan udara di kabin.

      Sedangkan, pilot pesawat general aviation yang menerbangkan pesawat sendirian (single pilot operation) tidak memiliki intensitas stres yang sama dengan pilot komersial dari aspek jam kerja. Namun faktor pemicu stres dan kelelahan single pilot operation datang dari beban kerja mereka yang lebih banyak dibanding pilot komersial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar